Hati Memeluk Gunung, apa Daya Tangan tak Sampai.
Kring…kring…kring… jam dinding kamarku berdentang 5 kali. Suasana pagi telah kembali lagi. Aku merasakan pagi ini dengan penuh semangat, udara pagi yang begitu segar, membuatku semakin merasa bersyukur kepada-Nya. Karena pagi ini aku masih bisa membuka mata setelah semalaman terlelap, masih dalam kondisi yang sehat dan masih dalam lindungan-Nya.
“Hari ini hari libur ya kak?” aku kaget ketika ada suara yang muncul di belakangku, di saat aku sedang merenungi kehidupan ini di balik jendela kamar.
“Eh, ada adik. Iya sayang…. hari ini kakak libur ,”
“Asyiiiik….. kalau gitu bisa jalan-jalan ni kak!”
“iya sayang, sini kakak pangku, kakak pengen cerita sesuatu”
Aku merasa sangat beruntung di dunia ini, karena telah diberi keluarga yang sangat baik, sangat harmonis, kehangatan keluarga sangat terasa didalamnya. Aku miris mendengar teman-teman yang memiliki keluarga yang tidak harmonis, kedua orang tua yang tega saling bertengkar di depan anak-anak karena hal-hal yang sepele, dan masih banyak lagi.
“Uhuk…Uhuk….” terdengar suara batuk ayah yang sangat keras, sudah lama ayah batuk yang tidak kunjung sembuh, karena ayah susah diajak untuk berobat, alasannya selalu sama.
“Ayah tidak ingin tahu penyakit ayah, biar ayah tetap merasa tenang menjalani hidup ini, agar pikiran ayah tidak di bebani dengan pantangan-pantangan dari dokter”
Terhenyak hatiku mendengar kata-kata ayah yang selalu melontarkan jawaban yang sama kepadaku ketika aku minta beliau untuk ceck kesehatan di dokter. Seperti pepatah maksud hati memeluk gunung namun apa daya tangan tak sampai.
“Adik….. ayo kita jalan-jalan, mumpung kakak dirumah ni….. adik pengen kemana?”
“Terserah deh kak, yang penting jalan-jalan…… asyiiiik, aku seneng deh kakak dirumah, jadi tambah banyak yang ngajakin jalan-jalan.”
“ Adik sudah makan belum?”
“Belum kak, hehehehe”
“Kalau begitu ayo ikut kakak makan di Waroeng Steak and Shake. Disana makanan dan minumannya enak-enak loo, pilih saja makanan kesukaanmu ya dik” Dan ayah pun juga ikut untuk makan bersama.
Adekku ini baru berumur 4 tahun, sebenarnya dia adalah putra kakakku, namun sangat suka memanggilku kakak, dia sangat suka jalan-jalan dan melakukan hal-hal lucu yang membuat orang-orang disekelilingnya merasa geli, mungkin yang baru mengenalnya merasa heran, karena ada saja hal-hal yang ia lakukan, aku tiga bersaudara, dengan kakak pertamaku 34 tahun, kakak keduaku (25 tahun) dan aku sendiri 15 tahun. Orang tuaku memiliki 2 anak angkat, jadi jarang ada suasana sepi di dalam rumahku, yang ada hanya canda tawa, namun kadang ada juga keadaan sepi, jika semua orang pergi dengan kesibukan masing-masing.
Setelah kita tiba di warung, kita memesan menu makanan yang ada, dan menikmati hidangan tersebut bersama-sama. Kami pun sangat puas berkunjung disana, Makanan yang kami santap sangat lezat dan semua makanan telah kami habiskan dengan hati yang senang. Akan tetapi aku heran kepada ayah. Kenapa setiap sebelum makan atau setelah makan ayah selalu merokok. Satu bungkus rokok bisa ayah habiskan setiap harinya.
Suatu sore aku mencoba untuk berdiskusi dengan ayahku.
“Yah, rokoknya sehari habis berapa batang?”
“Ya mungkin satu bungkus lebih”
“Pernah gak sih terpikir ingin berhenti merokok?”
“Pernah sih, namun ayah masih belum kepingin nak”
“Ya memang semua itu butuh proses yang sangat panjang, yang penting ayah udah kepikiran untuk berhenti, meski belum bisa”
Aku melihat ayah terdiam tanpa kata, baru kali ini aku melihatnya seperti itu, aku merasa sedikit ada angin segar di dalam hatiku, merasa kalau mimpiku untuk membuat ayah berhenti merokok akan berhasil.
“Tapi susah bagi ayah untuk berhenti, ayah sudah kecanduan sepertinya”
“Semua itu butuh proses yah, kalau tekad ayah untuk berhenti merokok lebih kuat daripada keinginan untuk tetap merokok, maka adek yakin, ayah akan bisa melakukannya, sebenarnya obat yang paling manjur untuk berhenti merokok adalah tekad dan niat yah, semua orang dirumah ini sangat mendukung ayah untuk berhenti, ibu, dan kakak sangat menginginkan ayah untuk berhenti, ayolah yah, kami semua ingin ayah sehat tanpa merokok”
Aku semakin merasa senang karena sekarang ayah terlihat berpikir secara lebih keras, namun juga masih berharap dengan cemas menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkan ayah.
“Ada tiga metode untuk berhenti yah, yaitu menunda, mengurangi, dan berhenti. ayah bisa pilih salah satu metode di atas.
“Oke, ayah ingin mencoba, namun menggunakan metode mengurangi lebih dulu”
Aku sangat bersyukur, aku langsung mencium kedua tangan ayah, dengan perasaan sangat bahagia aku sampaikan kabar tersebut kepada ibu dan kakakku, sujud syukur mereka lakukan ketika mendengar kabar itu.
Karya oleh
: Komang Adi Yudi Trisna Suputra.
Alamat
: Jln. Tirta Geduh, Lc.Subak Aya, Bebalang, Bangli, Bali.
No Hp
: 085792410159
Scan kartu pelajar :